Home » » PENDIRI RUMAH QURANI INDONESIA

PENDIRI RUMAH QURANI INDONESIA

Written By PROFIL RUMAH QURANI INDONESIA on Sabtu, 19 Desember 2009 | 21.01.00

PROFIL ALI FAHRUDDIN, MA.
Pendiri beserta Istri
Tahun 1976 adalah tahun kelahiranku, tepatnya pada tanggal 6 Januari di Pemalang Jawa Tengah dari orang tua, Bapak H. Marsetyo dan Ibu Jaziroh. Setelah menamatkan sekolah dasar pada tahun 1988, saya melanjutkan studiku di pondok pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur. Keinginan untuk mondok ini telah menjadi cita-citsaya sejak SD karena melihat keberhasilan paman-pamanku yang alumni dari sana. Pada tahun itu juga, saya dengan diantar seluruh keluarga saya pergi ke Jombang. Pamanku menyarankan agar saya dipondokkan di Madrasatul Quran, salah satu pondok yang berada di Tebuireng. Ternyata, pondok ini di samping mempelajari kitab kuning juga menganjurkan agar para santrinya menghafal al-Quran.
Setahun kemudian timbul keinginanku yang sangat kuat untuk menghafalkan al-Quran. Alhamdulillah, ketika kelas 2 Aliyah, Allah memberi anugerah untuk menjadi pemelihara kalam-kalam suci-Nya. Selepas Aliyah pada tahun 1995, saya mengabdikan diri untuk menjadi pembina adik-adik kelas sambil belajar Qira`ah Sab’ah selama satu tahun sampai tamat 30 juz.
Pada tahun 1996, setelah diwisuda Qira`ah Sab’ah saya pergi ke Jakarta untuk meneruskan studiku di IAIN Syarif Hidayatullah Fsayaltas Ushuluddin jurusan Tafsir Hadis. Disinilah saya menemui hal-hal yang baru yang belum pernah dirasakan selama berada di pondok. Organisasi yang pernah saya ikuti banyak karena keinginanku untuk mengetahui apa yang ada di dalamnya, seperti: HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), LDK (Lembaga Dakwah Kampus), Irmafa (Ikatan Remaja Masjid Fathullah), dan bersama teman-teman yang hafal al-Quran saya mendirikan Lembaga Tahfizh dan Ta’lim al-Quran pada tahun 2001. Ketika itu saya masih menjabat sebagai ketua Irmafa sehingga ketika teman-teman menawariku menjadi ketuanya, saya menolak karena khawatir salah satunya ada yang terbengkalai.
Selama saya menjadi Ketua Irmafa di tahun 2000-2001, banyak kegiatan yang kami lsayakan. Ketika itu, masih ada imbas dari krisis moneter sehingga kegiatan kami lebih banyak terarah kepada bantuan bagi masyarakat miskin di sekitar IAIN, serta Ciputat pada umumnya. Pengadaan sembako murah, pengumpulan dan pendistribusian pakaian layak pakai menjadi bagian dari program-program kami. Dalam acara-acara tersebut Irmafa tidak sendirian, Remaja Islam Fatahillah (RIF) dan Remaja Masjid al-Husna (RMH) seringkali dilibatkan. RIF adalah kumpulan pemuda-pemudi komplek dosen IAIN sedangkan RMH merupakan remaja masjid di lingkunganku karena sejak awal masuk IAIN sampai semester 7, saya tinggal di Masjid al-Husna sebagai takmirnya. Satu hal cita-citsaya selama menjabat sebagai ketua Irmafa ialah ingin menjadikan remaja masjid ini sebagai pemimpin dan teladan bagi seluruh remaja masjid kampus se-Indonesia, mengingat keberadaan IAIN Jakarta sebagai sentral bagi perguruan tinggi Islam di Indonesia. Ketika itu, proposal untuk mengadakan Muktamar Nasioanal antar remaja masjid kampus sudah jadi, tetapi waktu dua bulan terasa sangat mendesak karena sebulan berikutnya saya harus mempersiapkan pergantian kepemimpinan. Akhirnya, cita-cita ini kandas tetapi saya berusaha mensosialisasikan ke ketua-ketua Irmafa berikutnya, namun satu pun di antara mereka belum ada yang meresponnya dengan baik.
Salah satu alasanku mengapa ingin cita-cita ini tercapai adalah karena belum ada remaja Masjid kampus dari perguruan tinggi Islam yang citranya baik di mata masyarakat, justru yang lebih dikenal adalah Remaja Masjid Salman ITB dan Remaja Masjid UGM. Sementara di Jakarta sendiri YISCH (Remaja Masjid al-Azhar) dan Remaja Masjid Sunda Kelapa lebih terkenal dari pada Irmafa.
Program lain yang pernah dilaksanakan adalah studi banding ke Remaja Masjid Salman di Bandung. Banyak hal yang bisa diambil dari sana. Satu hal yang terpenting yang belum dapat diaplikasikan di Irmafa adalah metode pengkaderan disana sangat sistematis dan teratur. Dari masjid Salman itu banyak muncul tokoh-tokoh nasional yang mahir di bidang teknologi dan loyal di bidang agamanya, seperti DR. Imaduddin Abdurrahim. Mengapa Irmafa tidak bisa?
Selepas menjabat sebagai ketua Irmafa, saya dan teman-teman kelas Tafsir Hadis dengan bimbingan DR. Lutfi Fathullah, MA mendirikan sebuah lembaga kajian Tafsir dan Hadis yang dikenal dengan LP2QH (Lembaga Pengkajian dan Penelitian al-Quran dan Hadis). Ketika itu, teman-teman menunjukku sebagai direktur eksekutifnya karena pengalamanku sebagai ketua Irmafa. Sejak itu pula, saya pindah dari Masjid al-Husna ke sekretariat LP2QH yang berada di belakang TIP TOP Ciputat.
Tahun 2001, saya diwisuda S1 ketika itu masih menjabat sebagai direktur eksekutif LP2QH. Selama masa perkuliahanku, selain aktif di beberapa organisasi tersebut, saya juga seringkali mengikuti MTQ dari tingkat kabupaten hingga tingkat nasional. Sesuai dengan keahlianku di bidang tahfizh al-Quran dan keinginanku memperdalam dan menguji kemampuanku di bidang tafsir, maka cabang yang saya ikuti Tafsir al-Quran plus Tahfizh 30 juz, baik dengan bahasa Arab maupun bahasa Indonesia. Prestasiku paling tinggi adalah juara 1 tafsir bahasa Indonesai tingkat propinsi Banten sehingga mendapatkan bonus ibadah haji (tahun 2008) dan beberapa kali mengikuti cabang ini di tingkat Nasional, baik mewakili Banten, Jakarta, dan Lampung, namun satupun belum ada yang lolos menjadi juara di tingkat Nasional.
Setelah wisuda S1, timbul keinginanku untuk mencari pengalaman di luar negeri. Tiba-tiba keinginan ini bersambut dengan kehadiran seorang teman yang sedang mencari guru tahfizh untuk mengajar di al-Imam International Institute Kelantan Malaysia. Tawaran itu langsung saya sanggupi, lalu tidak lama kemudian saya pergi ke Malaysia dengan visa pelajar. Selama kurang lebih dua tahun, saya mengajar di sana. Menginjak tahun kedua di Malaysia, saya pulang kampung dan menyatakan keinginanku untuk menikah. Alhamdulillah, keluarga saya menyetujui lalu saya menikah dengan gadis mantan sekretarisku di Irmafa, Asmaul Hanik, SS. Ini bukan berarti saya selama menjabat sebagai ketua Irmafa pacaran dengannya, justru pernyataan cinta saya disampaikan setelah lengser dari kepengurusan Irmafa. Makanya, banyak teman-teman Irmafa yang kaget karena tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Setelah menikah, saya mengajak istri ke Malaysia dan mengajar disana.
Setahun kemudian kami pulang kampung untuk meneruskan cita-citsaya melanjutkan ke S2. Meski berbekal uang seadanya, kami kembali ke Jakarta dan atas saran DR. Ahsin Sakho saya kuliah di UIN Jakarta dengan meminta beasiswa dari Menteri Agama, Prof. DR. Said Agil Husain al-Munawwar, yang kala itu masih menjabat. Alhamdulillah, Allah memberikan kemurahan rizkinya kepada saya sehingga selama dua semester diberi beasiswa oleh Beliau. Dan selama dua semester berikutnya mendapat beasiswa dari Pusat Studi al-Quran untuk belajar disana secara langsung dengan Prof. DR. M. Quraish Shihab, MA dan Prof. DR. Nasaruddin Umar, MA sekaligus menjadi pembimbing selama pembuatan tesis. Judul tesisnya: "Pengaruh Perbedaan Qira`at dalam Penafsiran Ayat-ayat tentang Relasi Gender." Akhirnya, pada 29 Juli 2006 saya diwisuda S2. Terima kasihku untuk semua orang-orang yang telah membantuku. Semoga Allah membalasnya dengan pahala yang luar biasa. Amin
Sekarang Allah memberikan amanah kepada saya tiga orang anak yang semuanya perempuan: 1) Qanita Aqila Hurul Jannah, 2) Nadia Ulyani, dan 3) Zharifa Zeira Mecca.
Kegiatan yang sekarang saya jalani adalah mendirikan lembaga pendidikan al-Quran, Rumah Qurani Indonesia (RUQI) sejak tahun 2008, yakni lembaga yang memfokuskan dalam pengajaran tahfizh, tahsin al-Quran, serta mengajarkan ilmu yang berkaitan dengannya. Di samping itu, menjadi instruktur tahfizh di Lembaga Tahfizh dan Ta'lim al-Quran (LTTQ, sejak 2003), dosen di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta (sejak 2006) dan STEI SEBI (sejak 2008- sekarang) serta anggota tim lajnah pentashih mushaf al-Quran DEPAG RI (2009).
Demikian sedikit profilku, semoga dapat menjadi pelajaran bagi adik-adikku dan mahasiswaku. Ambillah yang baik dan tinggalkanlah yang buruk.
Share this article :

Posting Komentar

Silahkan anda bertanya atau mengomentari tulisan di atas, cantumkan email anda.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Rumah Qurani Indonesia - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger